Sabtu, 25 Desember 2010

KU INGIN BAHAGIA SEPERTI MEREKA

Kebahagiaan…

Sebuah Kata yang bgtu indah terdengar, bak bunga-bunga salju berjatuhan dipelukan hati.
Tak terbatah setiap lisan menuturkannya, laksana air gunung mengalir menganak sungai, membasahi setiap rasa.

Namun, "hakikatnya" masih saja menyimpan rahasia. Tak sedikit pengorbanan yg berujung putus asa. Lantaran ia tak sekedar permata kata, namun ia adalah buncahan rasa tiada tara. Bukan pula hiasan bibir


sementara, lantas hilang tanpa bekas, menitip cerita belaka: "Sifulan dulunya bahagia, Berjaya, kaya" namun ternyata, hanya tinggal tumpukan kata tak bermakna, penuhi sampah sejarah. Karna yg kumaksud bukanlah dusta. Tapi ia adalah "surga dunia" yg tak terbatas kata atau pun rasa.
…………
Kutercengang…kala kudengar orang-orang yg katanya hidup bahagia,
berlimpah kemewahan: rumah megah fasilitas serba mutakhir. Istri jelita wanita karier. Koleksi kendaraan begitu mubazzir, bahkan apa pun yg diinginkan seketika bisa hadir.
Karena popularitas, nama pun disanjung. dipuja tiada akhir.

Tapi sayang...
Ia akhiri hidupnya yg nampaknya bgtu berharga hanya dengan seutas tali!

Padahal, kata mereka:
"kemewahan, ketenaran adalah segalanya dlm hidup ini..."
Beginikah kebahagiaan?...
Apakah gaya hidup sprt ini betul-betutl tenteram n damai?
jiwa tak lagi merasa gelisah???
Ataukah mungkin rasa tak puas, gundah-gulana, takut, ragu, msh ttap selimuti pikiran?

Yah, bibir bsa sja mengaku bahagia…silahkan!
tpi ingat, hati tak sanggup berdusta,
Kalau sebenarnya ia sedang memendam beribu tanda tanya:
Bagaimana aku menjaganya,agar ia kan tetap ada disisiku?
aku takut kehilangannya!
Sampai kapan ku menikmatinya????

Padahal raga ini semakin melemah…nikmatnya pun kian hari kian memudar…tak lagi senikmat di masa kuatku!
Lalu kematian selalu menghantui, yg pastinya ,jika ia datang, seketika akan meluluh lantakkan kenikmatan itu…
kutahu...saat itu kebahagiaan pun segera pamit.

Yah...sebatas inilah lukisan semu kebahagiaan itu, sangat tak sempurna.

betul… harta, kemewahan, ketenaran, memang begitu memfitnah…tak ada yg pungkiri.
Sebab, dengannya, nafas bsa lega, banyak masalah dgn mudah terselesaikan,
Tpi...sepertinya semua itu hanya sebatas pda kbutuhuan-kbutuhan dunia..!
Kemudahan sementara.
Ada hal lain yg lebih bernilai dan berharga yg tak mungkin terselesaikan dengannya.

Ilmu…ilmu tak sanggup dibeli dengan harta…sebanyak apapun.
Iman…tak mungkin diraih dengan popularitas atau pun jabatan…setinggi apa pun.
Dan amalan atau pahala…mustahil dinilai dengan tumpukan harta…sebesar apa pun.
padahal...inilah harta yg bakal kekal, yg akan menemani pemiliknya ke alam abadi.

Karenanya...bukanlah hal yg aneh, jika sebaliknya ada pula orang2 yg mengaku bahagia dengan semakin menghindar diri dari kenikmatan2 itu.
Karena kebahagiaan, kata mereka adalah yg bersemai di lubuk hati.
Lalu memancarkan kekuatan pada raga, menggelora dalam semngat untuk berbuat & beramal.

Sehingga, kebahagiaan mereka pun terbukti pada hasil–hasil kerja yg monumental. Karya2 yg menitip harum namanya hingga Hr Kiyamat. Senyum yg sedikit pun tak menandakan adanya penderitaan di dunia. Bahkan menatap wajahnya , kata mereka yg pernah bersua mampu menghilangkan kegundahan dihati.
Subhanallah…!!!
Sampai-sampai sebuah uangkapan terurai dari lisan salah seorang mereka, melukiskan kebahagiaan itu:

"Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barang siapa yg blm prnh merasakannnya, ia tak kan pernah merasakan surga akhirat."
Yg lain berkata:
Seandainya para raja & keturunan mereka mengetahui kenikmatan yang kami rasakan, niscaya mereka akan merampasnya dari kami denganpedang-pedang mereka ”

Lalu bgmnkah karakter kebahagiaan ini?

Kata mereka; Kebahagiaan itu hanya akan bersemai pada taman kepuasan hati atas karunia Yg Maha Pengasih, meski nampak sedikit, tanpa hama dengki kepada orang lain.

Dipupuk dengan tawakkal yg membaja untuk tdk berharap kepada siapa pun, tapi hanya kepada-Nya.
Tersirami kelapangan dada untuk selalu memaafkan kesalahan, sebagai warna terindah sifat mulia hati yg bahagia itu.

karna ia tertanam di atas lahan kemuliaan niat untuk selalu mengharap kebaikan kpd orang lain, harapan meraih keridho'an-Nya.
Dibawah naungan keikhlasan pada semua itu, tanpa sedikit pun ternodai sifat takabbur, riya' atau sum'ah.

Yah, memang berat, dan amat berat…tp hanya dengan ini hakikat kebahgiaan itu akan tumbuh merekah di lubuk hati, ucap mereka.
bukan kebahagiaan yg layu, lalu kering, lantaran ia tumbuh pada ladang yg salah.

Ya Rabb...!
Jadikanlah bunga kebahagiaan itu yg bermekaran di hati kami!
Amin ya Rabbal 'aalamiiiin!. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar